Gak bisa dipungkiri, TikTok berkembang pesat sejak pertama kali diluncurkan secara internasional pada 2017. Di Indonesia, TikTok mulai banyak digunakan sejak tahun 2019. Walaupun pada awalnya banyak yang skeptis terhadap media sosial yang satu ini (karena dianggap sebagai platform yang isinya cuma joget-joget doang), TikTok berhasil berkembang menjadi salah satu wadah bagi para creator-nya untuk berbagi ilmu hingga bakat.
Di BagiSuara episode 4.24, Zee (@malameze di TikTok) membagikan ceritanya sebagai seorang TikTok content creator dengan lebih dari 136.000 followers. Pertama kali bikin konten pada Oktober 2020, Zee terus mengembangkan akunnya hingga sampai di titik tersebut. Pada awalnya, dia lebih senang membuat konten meme seadanya, hingga pada akhirnya ia membuat konten yang memperlihatkan kecantikannya. “Ironis”, kata Zee, bagaimana sebagian besar pengguna TikTok lebih tertarik dengan jenis video yang memperlihatkan kecantikan perempuan. Namun dari sana lah, Zee mulai fokus dengan konten yang lebih menunjukkan dirinya, tetapi tetap dengan sentuhan kreativitasnya, yaitu video transisi yang smooth.
Akhirnya sejak pertengahan 2021, Zee lebih sering mengunggah jenis konten transisi. Ide dari konten-kontennya ini, selain ia develop sendiri, juga terinspirasi dari kreator lainnya. Dan yang tidak biasa, hate comments yang sering ia temukan di bawah video yang ia buat juga terus menjadi dorongan baginya untuk mengunggah video transisi yang kemudian menjadi backlash bagi si penulis komentar tersebut. Menurutnya, ia harus terus menjadi seseorang yang ramah kepada orang lain, dan membuktikan kepada para penontonnya bahwa ia dapat terus mengembangkan konten-kontennya.
Yuk dengerin BagiSuara 4.24 – Di Balik Aplikasi Hutan Rimba ft. Mala Zee ya!